Kita bagai dua sinar yang bertemu dalam satu ruang
Saling mengenal satu sama lain secara unik
Bertatap dalam diam dan hampa
Tak ada alasan untuk berbincang santai
Diam yang kemudian memberiku gambaran
Waktu yang kemudian memberiku kesempatan
Saat semuanya membuat hati menjerit
Ruang yang kita tempati tak satu
Kita berbeda dan tak ada alasan menyatu
Tuhan yang menakdirkan hatiku tertahan
Menahan luka yang amat dalam
Saat semuanya berganti luka
Kunikmati detik-detik berganti
Sampai hatiku kembali menjerit
Sinar yang dulu bertemu kini saling membelakangi
Inilah takdir dan
jalan yang pahit
Tangisan dan rintihan berbaur satu
Namun, hatiku tak goyah menunggu
Sekalipun waktu yang bermain antagonis
No comments:
Post a Comment