Thursday, December 31, 2020

Review: Against The Sun (2014)

RottenTomatoes: 70% | IMDb: 6.5/10

Rated: PG | Genre: Drama, Action, War | Director: Brian Peter Falk

SINOPSIS


Against The Sun menceritakan kisah perjuangan bertahan hidup 3 orang tentara angkatan udara Amerika Serikat yang mengalami kecelakaan pesawat saat Perang Dunia II. Harold Dixon (Garret Dillahunt), Gene Aldrich (Jake Abel) dan Tony Pastula (Tom Felton) harus bertahan hidup di lautan lepas tanpa makanan dan air. Kisah dalam film ini diangkat dari kejadian nyata yang menimpa 3 angkatan udara Amerika Serikat dalam misi pengeboman di Samudra Pasifik pada tahun 1942. Penasaran bagaimanakah ketiganya dapat bertahan hidup? Rintangan apa saja yang ditemui mereka di lautan lepas? 

REVIEW


Belakangan saya memang sedang hobi menonton film-film keluaran lama, salah satunya film ini. Disutradarai oleh Brian Falk, Against The Sun merupakan film dengan budget kecil yang menurut saya memiliki kualitas cerita lumayan oke. Naskahnya cukup mudah dicerna dan tidak terlalu berat untuk dinikmati. Mungkin karena cerita dalam film ini diangkat dari kisah nyata, selama menonton saya cukup terbawa suasana. Membayangkan kesulitan dan rintangan yang digambarkan pernah terjadi kepada seseorang membuat saya sedikit bertoleransi pada kekurangan yang ada.


Film dimulai dengan adegan dimana Dixon, Pastula dan Aldrich berada di dalam pesawat tempur. Ketiganya hendak kembali ke kapal induk setelah membatalkan pengeboman, tapi pesawat menyimpang dari jalur yang seharusnya. Tidak butuh waktu lama bagi sutradara untuk mengakhiri adegan ini. Ketiganya terpaksa mendarat di tengah lautan karena bahan bakar habis. Saya cukup menikmati awal film terutama saat pesawat mereka jatuh. Adegan cukup intens, terlebih saat mereka mengalami kesulitan karena belum pernah ada di situasi genting. 



Salah satu kekurangan film ini yang sering di protes oleh orang-orang adalah karena CGI dan music yang dianggap cheap. Mostly the intense scene get stuck in the doldrums. Adegan seperti kemunculan hiu dan badai dianggap lucu. Iya, memang benar efek CGI di film ini kurang memuaskan, saya akui. Begitu pun musik yang digunakan terkadang kurang pas. Tapi bagi saya hal ini tidak terlalu mengganggu. Ya, masih dapat dimaklumi karena sudah tahu sejak awal bahwa film ini bukan film dengan budget besar. Alih-alih fokus pada CGI dan music, saya lebih memilih fokus pada konflik dan akting para pemain. 

Jujur saya bukan penikmat film survival garis keras. Jadi biasanya saya sering berhenti sebentar di tengah film, entah untuk melakukan hal lain atau apapun. Namun ada pengecualian untuk film ini. Saya menikmati setiap scene-nya. Konflik film sejak awal sudah jelas, mereka bertiga terdampar di tengah laut lepas tanpa makanan dan air. Hanya perlengkapan seadanya. Tapi bukan berarti permasalahan berhenti disitu. Ada berbagai persoalan baru yang harus dihadapi Dixon, Pastula dan Aldrich. Tidak hanya masalah alam tapi juga ada perdebatan yang sering terjadi di antara mereka. Ya bayangkan saja, tiga laki-laki terjebak dalam satu perahu karet kecil dalam waktu lama. Tentu perdebatan tidak bisa terhindarkan. Saling menyalahkan satu sama lain atas apa yang terjadi. Dan ini menarik untuk dilihat. Saya dibuat bertanya-tanya sebetulnya siapa sih yang salah, apa yang membuat pesawat mereka bisa keluar dari jalur sejak awal. 



Akting para aktor di film ini benar-benar bagus dan solid. Saya cukup yakin para penonton yang sudah menonton akan setuju bahwa ketiga aktor mampu membawa penonton merasakan beragam emosi. Mulai dari rasa simpati sampai frustasi. Garret, Jake dan Tom berhasil menghidupkan karakternya. Ditambah make-up yang detail, saya cukup terpukau saat kamera mengambil gambar secara dekat untuk menangkap ekspresi mereka. 

"Seems to me if God chose our course...
...it's because he wants us to make it!"

Poin lain yang saya suka dalam film ini yaitu diksi penuh makna yang sering muncul dalam interaksi antar karakternya. Misalnya saat Aldrich dan Pastula berpura-pura menikmati kopi di pagi hari. Keduanya bertingkah seakan mereka duduk di meja makan di pagi hari dan menikmati secangkir kopi sebelum memulai aktivitas. Adegan ini agak menyentil emosi saya dan menambah simpati kepada karakter karena mereka mencoba menghibur dirinya dalam situasi yang mencekik. Seolah adegan ini ingin menyampaikan makna bahwa masih ada harapan tersirat dari Aldrich dan Pastula, meski nantinya harapan itu hilang perlahan seiring dengan ekspresi dan tampilan keduanya yang juga berubah.


KESIMPULAN 



Terlepas dari beberapa kekurangannya, saya rasa Against The Sun cukup bagus untuk dinikmati. Mungkin bagi sebagian orang yang sering menonton film dengan genre ini, di bagian awal akan sedikit terasa membosankan karena mudah untuk menebak arah cerita dan konflik. Tapi jangan terlalu diremehkan, film ini masih memiliki sedikit kejutan. Ada beberapa adegan yang berhasil menipu saya terutama di bagian akhir. 

Personal Rating: 3.5/5 

No comments: